Senin, 15 November 2010

Rasionalisme Rene Descartes

A.    Rene Descartes sebagai Bapak Filsafat Modern   
            Zaman modern dalam sejarah filsafat biasanya dimulai oleh filsafat Descartes. Tentu saja pertanyaan ini bermaksud menyederhanakan permasalahan. Kata modern disini hanya digunakan untuk menjukkan suatu filsafat yang mempunyai corak yang amat berbeda, bahkan berlawanan, dengan corak pada abad pertengahan Kristen. Corak utama filsafat modern yang dimaksud disini adalah dianutnya kembali Rasioanlisme seperti pada masa yunani kuno. Gagasan itu, disertai oleh argument yang kuat, diajukan oleh Descartes. Oleh karena itu, gerakan pemikiran Descartes sering juga disebut bercorak Renaissence. Apa yang lahir kembali itu ? ya, rasionalisme yunani itu. Yang harus diamati disini adalah apakah konsekuensi Rasionalisme pada masa yunani akan terulang kembali.
            Descartes dianggap sebagai Bapak Filsafat Modern. Menurut Bertrand Russel, anggapan itu memang benar. Kata Bapak diberikan kepada Descartes karena dialah orang pertama pada zaman modern itu yang membangun Filsafat yang berdiri atas keyakinan diri sendiri yang dihasilkan oleh pengetahuan aqliyah. Dialah orang pertama diakhir abad pertengahan itu yang menyusun argumentasi yang kuat, yang distinct, yang menyimpulkan bahwa dasar Filsafat harus akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci, bukan yang lainnya.
            Menurut catatan, Descartes ialah orang inggris. Ayahnya anggota parlemen inggris. Pada Tahun 1612 descartes pergi ke Francis. Dia taat mengerjakan ibadah menurut ajaran agama katholik, tetapi dia juga menganut Galileo yang pada masa itu masih ditentang oleh tokoh-tokoh gereja. Dari tahun 1629 sampai 1649 ia menetap di belanda.
            Pengaruh keimanan yang begitu kuat pada abad pertengahan, yang tergambar dalam ungkapan credo ut intelligam itu, telah membuat para pemikir takut mengemukakan pemikiran yang berbeda dengan pendapat tokoh Gereja. Apakah ada Filosof yang berani dan mampu menyelamatkan filsafat yang dicengkram oleh iman abad pertengahan itu ? ada. Tokoh itu adalah Descartes.
            Deescartes telah lama merasa tidak puas terhadap perkembangan Filsafat yang amat lamban dan banyak memakan korban itu. Amat lamban terutama bila dibandingkan dengan perkembangan Filsafat pada zaman sebelumnya. Dia melihat tokoh-tokoh gereja yang mengatas namakan agama telah menyebabkan lambannya perkembangan itu. Dia ingin filsafat dilepaskan dari dominasi agama Kristen. Dia ingin filsafat dikembalikan kepada semangat Filsafat yunani, yaitu filsafat pada akal. Dia ingin menghidupkan kembali Rasioanalisme yunani.
B.     Pemikiran Filsafat Rene Descartes
            Descartes lahir pada tahun 1596 dan meninggal pada Tahun 1650. Bukunya yang terpenting dalam filsafat murni ialah Discours de la method (1637) dan meditation (1642). Kedua buku ini saling melengkapi satu sama lain. Didalam kedua buku inilah dia menuangkan metodenya yang terkenal itu, metode keraguan Descartes (Cartesian Doubt). Metode ini sering disebut cogito Descartes, atau metode cogito saja.
            Dia mengetahui bahwa tidak mudah meyakinkan tokoh-tokoh gereja bahwa dasar filsafat haruslah Rasio (akal). Tokoh-tokoh gereja itu tetap yakin bahwa dasar Filsafat haruslah iman sebagaimana tersirat dalam jargon credo ut intelegian dari anselmus itu. Untuk meyakinkan orang bahwa dasar filsafat haruslah akal, dia menyusun argumentasi yang amat terkenal. Argumentasi tersebut tertuang didalam metode cogito tersebut.
            Untuk menemukan basis yang kuat dalam bagi filsafat, Descartes meragukan (lebih dahulu) segala sesuatu yang diragukan. Mula-mula dia mencoba meragukan semua apa yang dapat di indera, objek yang sebenarnya tidak mungkin diragukan. Inilah langkah pertama metode cogito tersebut. Dia meragukan adanya badaniah sendiri. Keraguan itu menjadi mungkin karena pada pengalaman mimpi, halusinasi, ilusi, dan juga pada pengalaman dengan Roh halus ada yang sebenarnya ada yang tidak jelas. Pada keempat keadaan itu seseorang dapat mengalami sesuatu seolah-olah dalam keadaan yang sesungguhnya. Didalam mimpi-mimpi seolah-olah seseorang mengalami sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi, persis seperti tidak mimpi (jaga). Begitu pula pada pengalaman halusinasi, ilusi dan kenyataan ghaib. Tidak ada batas yang tegas antara mimpi  dan jaga. Oleh karena itu, Descartes berkata, “ aku dapat meragukan bahwa aku duduk disini dalam pakaian siap untuk keluar : ya, aku dapat meragukan itu karena kadang-kadang aku bermimpi persis sama seperti itu, padahal aku ada ditempat tidur, sedang mimpi. “ tidak ada batas yang tegas antara mimpi ( sedang mimpi ) dan jaga. Tatkala bermimpi, rasa-rasanya sepeti bukan mimpi. Siapa yang dapat menjamin kejadian-kejadian waktu jaga ( yang kita katakana sebagai jaga ini ) sebagaimana kita alami ini adalah kejadian-kejadian yang sebenarnya, jadi bukan mimpi ? tidak ada perbedaan yang jelas antara mimpi dan  jaga : demikian yang dimaksud Descartes.
Perhatikan lah kutipan berikut ini ( yang diambil dari Koran pikiran rakyat 17 desember 1981 ).
Kejadian aneh menimpa CHR ( 30 ), penduduk RK III, Desa Krapyak, semarang barat, jawa tengah, ketika semalam suntuk tidur dengan roh halus disebuah kuburan. Sampai berita ini ditulis CHR masih termenung-menung yang tidak bisa bicara lancar. Dalam keterangannya kepada  PR, istri CHR mengatakan senin malam yang lalu dilapangan tugu ada pertunjukkan “ malam qosidah “ yang ramai. Pasangan suami-istri itu sepakat akan menonton sampai puas, tetapi masih menunggu tamu dan menyelesaikan pekerjaan, maka sang istri disuruh pergi duluan. Cuma sekitar satu jam kemudian CHR pergi ketempat pertunjukkan untuk menjemput istrinya, tetapi karena suasana begitu ramai, agak sulit mencarinya. Mendadak disebuah pojok puskesmasn ada suara memanggil persis seperti suara istrinya : “ Mas saya disini… “ begitu menoleh, CHR mengenali wajah orang itu adalah istrinya sendiri, hanya saja pakaiannya berbau serba wangi. “ baumu begitu wangi, ada apa ? “ Tanya CHR yang segera dijawab, “ memang, saya pakai kembang semboja. “ tanpa banyak kompromi CHR mengikuti kemana saja wanita itu pergi menonton. Bahkan sampai pulang dengan menumpang kendaraan umum Daihatsu juga bersama-sama. CHR merasa sudah sampai dirumah dan kemudian tidur bersama wanita yang dikiranya istrinya itu sampai pulas. Keesokan harinya penggembala mendapati sesosok tubuh yang dikiranya yang sudah mati, di nisan kuno. Ternyata setelah dibangunkan masih hidup. Pemuda itu kemudian menuntunnya pulang karena CHR belum bisa bicara. Setelah diberi minum beberapa gelas dan didatangkan “ orang tua “ yang cukup sakti, akhirnya baru bisa bicara sedikit demi sedikit. Pada pokoknya CHR merasa semalam tidur bersama istrinya yang semalaman juga tidak pulang karena teruus-menerus mencari CHR yang dikiranya menonton sampai akhir pertunjukkan. Lebih aneh lagi, keesokan harinya kernet Daihatsu juga mendatangi CHR dirumah karena uang RP.150,00 yang dibayarkan semalam, pagi harinya telah berubah menjadi delapan kuntum  bunga semboja. Demikian.
            Benda-benda dalam halusinasi dan ilusi juga membawa kita dalam pertanyaan : yang manakah sesungguhnya yang benar-benar ada, yang sungguh-sungguh asli ? benda-benda dalam mimpi, halusinasi, ilusi, dan kejadian dengan roh halus itu, bila dilihat dari posisi kita sedang jaga, itu tidak ada. Akan tetapi, benda-benda itu sungguh-sungguh ada bila dilihat dari posisi kita dalam mimpi, halusinasi, ilusi, dan roh halus. Dalam mimpi kita melihat dan mengalami benda-benda itu : adakah beda yang tegas antara mimpi dan jaga ? begitulah jalan pemikiran dalam metode cogito.
              Pada langkah pertama ini Descartes dapat (berhasil) meragukan benda yang dapat diinderakan. Apa sekarang yang dapat dipercaya, yang sungguh-sungguh ada ? menurut Descartes, dalam keempat keadaan itu (mimpi,halusinasi,ilusi,roh halus), juga dalam jaga, ada sesuatu yang selalu muncul. Ada sesuatu yang muncul, baik dalam jaga maupun dalam mimpi. Yang selalu muncul itu adalah gerak, jumlah, dan besaran ( volume ) pada tahap kedua ini Descartes mengajak kita berpendapat bahwa yang tiga inilah yang lebih ada daripada benda-benda. Ketiga macam ini lebih meyakinkan adanya. Mungkin ketiga inilah yang mungkin benar – benar ada.
           Betulkah yang tiga ini ( gerak, jumlah, besaran ) benar-benar ada, lalu  Descartes mengujinya. Kemudian dia pun meragukannya. Yang tiga macam itu adalah  matematika. Kata Descartes, matematika dapat salah. Saya sering menjumlah (angka), salah mengukur (besaran), juga demikian pada Gerak. Jadi, ilmu pastipun masih dapat saya ragukan. Ilmu pasti lebih pasti daripada benda, tetapi saya masih dapat meragukannya. Jadi, benda dan ilmu pasti diragukan. Kalau begitu, atau sekarang yang pasti itu, dapat kujadikan dasar bagi filsafatku ? aku ingin yang pasti, yang distinct. Sampailah dia sekarang dalam langkah ke-3 metode cogito.
            Masih ada satu yang tidak dapat kuragukan, demikian katanya, bahkan tidak ada satu syetan dapat mengganggu aku, tak seorang skeptis pun mampu meragukannya, yaitu saya sedang ragu. Jelas sekali, saya sedang ragu. Tidak dapat diragukan bahwa saya sedang ragu. Begitu distinct saya sedang ragu boleh saja badan saya ini saya ragukan adanya, hanya bayangan, misalnya, atau seperti dalam mimpi, tetapi mengenai “saya sedang ragu” benar-benar tidak dapat di ragukan adanya.
            Aku yang sedang ragu itu disebabkan oleh aku berfikir ada, bearti aku ada sebab yang berfikir itu aku. Cogito ergo sum, aku berfikir, jadi aku ada. Tahapan metode Descartes itu dapat diringkaskan sebagai berikut:
Benda inderawi tidak ada- gerak, jumlah besaran(ilmu pasti) tidak ada- saya ragu, ada- saya ragu karena saya brfikir- jadi, saya berfikir ada.
            Sekarang Descartes telah menemukan dasar (basis) bagi filsafatnya.Basis itu bukan filsafat Plato, bukan filsafat abad pertengahan, bukan agama atau yang lain­­­­­­­nya.fondasi itu ialah aku yang berfikir.pemikiranku itulah yang pantas dijadikan daftar filsafat karena aku yang berfikir itulah yang bener-benar ada, tidak diragukan, bukan kamu atau pemikiranmu. Disini kelihatanlah sifat subjktif, individualistis, humanis dalam filsafat Descartes. Sifat-sifat inilah, nantinya, yang mendorong perkembangan filsafat pada Abad Modern.
             Descertes memulai filsafat dari metode. Metode keraguan ini bukanlah tujuannya. Tujuan metode ini bukanlah memprtahankan keraguan. Sebaliknya, metode ini bergerak dari keraguan menuju kepastian. Keraguan Descertes hanya ditunjukan untuk menjelasan perbedaan sesuatu yang dapat diragukan dari sesuatu yang tidak dapat diragukan. Ia sendiri tidak pernah meragukan bahwa ia mampu menemukan keyakinan yang berada dibalik keraguan itu, dan menggunakannya untuk membuktikan  sduatu kepastian di balik sesuatu. Keyakinan itu begitu jelas dan pasti, clear and distinct, dan menghasilkan keyakinan yang sempurna.Spinoza merunjuk kepada idea ini dan memberinya nama adequate ideas, sementara Leibniz merujuk juga dan memberinya sebutan truths of reason(Solomon,]981:99).
                Dalam metode ini berjalan suatu deduksi yang tegas.Bila Descertes telah menemukan suatu idea yang distinct,maka ia dapat menggunakannya sebagai premise yang dari sana ia mendeduksi keyakinan lain yang juga distinct.seluruh proses penyimpulan itu terlepas dari data empiris;keseluruhannya merupakan poroses rasional.
             Setelah fondasi itu di temukan, mulialah ia mendirikan bangunan filsafat diatasnya. Akal itu lah basis yang paling terpercaya dalam berfisafat.
            Ini lah titik awal kemenangan akal atas iman (hati) pada zaman modern.ia merupakan reaksi keras terhadap dominasi iman (hati) pada abad pertengahan.cara ini kemudian diikuti oleh filosof-filosof zaman itu.laksana bendungan yang jebol,dalam waktu yang relative singkat banyak sekali pemikir yang muncul dalam persentase yang jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan filosof abad pertengahan.akal telah menang terhadap dominasi iman. Akankah tragedi yunani terulang kembali?
            Kemenangan akal pada ronde  ini telah menyebabkan tragedy yunani kembali: kaidah sains menjadi guncang, ajaran iman menjadi goyah orang meragukan sains dan agama. Orang kmbali bingung. Tidak dapat dihindari, humanisme dan rasionalisme yang tikembangkan oleh Descartes telah menimbulkan subjektivisme dan relativisme, prsis seprti kebimbangan alam pikiran pada jaman sofisme tempo hari.
            Karena di bukanya kran akal oleh Descartes, maka voltairr tlah berani mncanangkan kuasa akal di eropa. Oleh Spinoza kuasa itu di perkuat. Pada hobbes rasionalisme itu berkembang menjadi ateisme dan materealisme yang kental.jiwa telah di hilangkan oleh locke.berkeley telah meniadakan materi. Pemikiran memjadi tenggelam dalam puing-puing hasil pemikiran. Tentu orang kebingungan.Akibatnya dapat di tebak, satu demi satu dogma lama menghilang. Katedral gotik yang biasanya gemerlap menjadi tengagelam gelap. Tuhan kuno telah  jatuh dari singgasananya.Alam telah turun derajatnya menjadi sekedar langit,dan neraka  serta surga hanya peryataan emosi.Sains guncang, agama goyah, kedua-duanya diragukan. Oleh apa ? ya, oleh dominasi akal tadi.
            Hume memberikan Lampu kuning, katanya, bila akal telah menentang manusia, maka segera manusia akan menentang akal